Kepala Desa Karyamukti, Widya Heru

Menikmati Panorama Alam Silayung Park yang Menyimpan Misteri Batu Bersusun

Kepala Desa Karyamukti, Widya Heru/Istimewa
Silayung ini menyajikan wisata alam yang luar biasa, kalau bisa dikembangkan secara maksimal. Ada 11 wahana yang akan kami tampilkan, di samping pemandangan sunset dan sunrise, gugusan pemandangan pegunungan, air terjun, makan keramat dan wisata religi. Ada opsi lainnya untuk membbangun sarana flying fox, little zoo, zona motor kros, dan sebagainya.

Berlatar pemandangan alam terbuka yang masih asri dengan patahan batu alam yang berserakan, objek wisata Silayung Park yang berada di ketinggian 1.300 mdpl ini, memang layak dikembangkan menjadi wisata unggulan berikutnya di Garut. Selain panorama alam, di lokasi objek wisata ini terdapat perkebunan kopi rakyat yang ditanam oleh para petani dari Kampung Dukuh, Desa Karyamukti, Kecamatan Cibatu, Garut. Namun, di balik keindahan panorama alamnya, Silayung Park menyimpan misteri metafisika yang diyakini masyarakat setempat terkait dengan warisan para leluhur. 

Untuk lebih mengenal lebih jauh mengenai apa itu Silayang Park, potensi apa yang ada di dalamnnya, hingga rencana pengembangan wisata di lokasi ini, Tim Ekowisata Kopi Cibatu berkesempatan ngobrol dengan Kepala Desa Karyamukti, Widya Heru. Berikut petikan perbincangannya:

Sejak kapan Silayung Park mulai dirintis?

Wisata Silayung Parak mulai dibangun kurang lebih sekitar tahun 2019. Kawasan Silayung berada di tanah carik desa. Yang mana waktu itu sangat tidak tersentuh oleh masyarakat lantaran berada di puncak gunung. Bahkan rumput ilalangnya pun sangat tinggi. Kami mulai merintis itu di akhir tahun 2018. Waktu itu, kami ingin menginventarisasai tanah carik desa, maka kami naik ke atas gunung.

Apa yang ditemukan di sana?

Ketika saya sudah naik ke atas gunung, ternyata suasana pemandangan yang tampak sangat indah. Melihat dari ketinggian itu, kita bisa melihat wilayah Kota Sumedang, Tasikmalaya, Nagreg, juga Garut. Itu dari ketinggian sekitar 1.300 mdpl. Nah, dari situlah kami mencetuskan untuk membangun desa wisata. Kami mengajak warga untuk membersihkan ilalang-ilalang, dari sana kurang lebih 200 hektare yang kami gunakan untuk pengembangan desa wisata. Setelah kami buka, di sana begitu indah, luar biasa dengan sangat sejuk udaranya. Semakin betah, engak mau beranjak apalagi sambil ditemani kopi Dukuh Sadakeling, khas kopi Cibatu.

Bagaimana respons warga atas ide pengembangan desa wisata?

Masyarakat kami, terutama di Kampung Dukuh itu sangat bersahabat sekali, sangat mendukung. Makanya, kami berencana membangun di sana dan mendapat partisipasi warga. Kami sudah awali yaitu membangun beberapa bagunan gazebo di Silayung. 

Kabarnya, area Silayung ini bukan tempat sembarangan?

Setekah areanya dibersihkan, kami menamukan banyak deretan bebatuan. Bahkan ada semacam batu situs yang seperti bekas telapak kaki. Tapi itu butuh penelitian yang mendalam, benar tidaknya. Di lokasi ini juga ada makam keramat. Warga setempat menyebutnya makam Sadakeling. Ada makam yang panjangnya mencapai 15 meter. Konon, di makam itu isinya bukan jasad tapi terpendam pusaka-pusaka para leluhur.

Potensi apa saja yang bisa digali di Silayung Park?

Silayung ini menyajikan wisata alam yang luar biasa, kalau bisa dikembangkan secara maksimal. Ada 11 wahana yang akan kami tampilkan, di samping pemandangan sunset dan sunrise, gugusan pemandangan pegunungan, air terjun, makan keramat dan wisata religi. Ada opsi lainnya untuk membbangun sarana flying fox, little zoo, zona motor kros, dan sebagainya. Kalau memungkinkan di Silayung, kami akan membangun semacam underwater. Kebetulan di sekitar area ini terdapat sumber mata air, sehingga tinggal disalurkan ke lokasi wisata Silayung Park. Debit air dari mata air ini mencapai 1 liter per detik. Nah, itu bisa kami akses untuk dijadikan dan digunakan untuk kebutuhan wisatawan dan fasilitas pendukung Silayung.

Kabarnya sempat akan mendapat pendanaan dari BBWS Ciliwung-Cisadane untuk pembangunan Silayung Park?

Iya, benar. Sejatinya, kami akan menerima bantuan dari BBWS Ciliwung-Cisadane senilai Rp 2,8 miliar untuk pengembangan objek wisata kawasan Gunung Sadakeling ini. Tapi tidak jadi. Berhubung Covid-19, dana bantuan tersebut direlokasi untuk penanganan dampak pandemi. Dan sampai sekarang belum terealisasi. Harapan kami, bisa kembali melanjutkan rencana yang tertunda itu, karena ini bagian dari recovery pemulihan dari Covid-19. Potensi agrowisata di sekitar Gunung Sadakeling sangat besar. Terlebih, di Kampung Dukuh menjadi penghasil kopi terbesar di Garut Utara, selain komoditas jahe, tembakau, gula aren dan lainnya. Kami ingin mengembangkan agrowisata untuk menggerakan ekonomi masyarakat dari wisata. Jadi, wisatawan yang datang ke Silayung bisa mendapat pengalaman berbeda seperti memetik kopi dan menikmati seduhan kopi. Pengunjung juga bisa memetik durian dan strawberry sendiri di Cilayung. Nanti, ada kerjasama dengan warga. Sementara pihak desa akan memberikan bibit dan warga yang menanam dan memeliharanya. Pemerintah desa akan bantu ikut menjual hasil panennya secara bagi hasil.

Infrastruktur menuju objek wisata Silayung ini masih minim, bagaimana upaya Pemerintah Desa Karyamuti dalam melengkapi fasilitas pendukung tersebut, sehingga nyaman bagi para pengunjung?

Memang, Silayung ini masih sangat embrio. Akses jalan ke sana mudah-mudahan tahun ini sudah bagus. Tinggal permasalahan yang kami hadapi adalah penerangan jalan umum (PJU) karena masih sangat minim. Di siang hari, panorama di Silayung itu sangat indah. Tapi kalau malam hari sudah dipastikan sangat gelap, agak takut juga sih tapi walaupun sebenarnya aman. 

Berapa banyak PJU yang perlu dipasang?

Kalau dari bawah ke atas bisa sampai 50-70 titik PJU dengan jarak per titik 50 meter. Saya berharap, mudah-mudahan pihak terkait bisa mengakomodasi kebutuhan PJU ini, sehingga menunjang petrceapatan aktivitas wisata di Silayung Park.

Apa yang sudah dilakukan pihak Desa Karyamukti untuk pengadaan PJU ini?

Bisa dikatakan saya itu sekarang sudah bosan. Saya sudah mengajukan beberapa kali, tapi belum ada realisasi karena anggarannya tarik-menarik. Tapi kembali lagi ke program desa wisata yang harapan Kami ada pihak-pihak yang support. Silayung ini saya yakin akan menjadi salah satu potensi wisata di Kecamatan Cibatu. Kemarin, saya sudah ngobrol dengan para kepala desa di Cibatu dan Apdesi juga. Ke depan, wisata di Cibatu ini harus dibikin secara terpadu dalam konsep pengembangannya. Ada Stasiun KA Cibatu, yang akan dibangun megah dan terbagus di Asia Tenggara, rencana dibangun Museum Charlie Chaplin, hingga kondominium. Jalur KA Cibatu-Garut juga sudah direaktivasi. Dengan pembangunan Stasiun KA Cibatu ini, tujuannya agar wisatawan bisa transit dan menginap di Cibatu dengan keberadaan kondominium. Wisatawan, selanjutnya bisa tur perjalanan wisata alam dan budaya, menikmati sajian kopi Cibatu. Bahkan, bisa menjajal arum jeram di Desa Sindangsuka, di samping menikmati keindahan panorama alam Silayung Park.  

Balik lagi soal Silayung, sebenarnya istilah ini asalnya darimana?

Kalau nama silayung itu memang sudah warisan dari dulu. Kalau menurut orang Sunda itu kan ada namanya layung (lembayung), yakni suasana pemandangan alam menjelang waktu magrib. Jadi, dari ketinggian gunung di atas sana, kita bisa menimati layung, makanya disebut Silayung. Ini dari sisi kasat mata. Tapi dari sisi tidak kasat mata atau metafisika, Silayung diyakini sebagai sebuah kerajaan alam gaib dengan kehadiran deretan bebatuan yang membentuk satu kesatuan, ya bagunan kerajaan tadi. Ada batu yang terlihat seperti singasana raja, di bawahnya terdapat batu-batu yang berfungsi sebagai meja dan kursinya. Ada batu yang terlihat bekas telapak kaki. Kalau dicermati lebih detail memang terlihat seperti ada penataan dari tumpukan batu-batu yang berserakan. Bahkan, dulu sebelum dibersihkan terdapat tumpukan batu-batu yang tersusun rapi. Misteri batu tersusun ini hingga sekarang belum terpecahkan. 

Selain panorama gunung dengan pemandangan bebatuannya, Silayung juga katanya bisa menjadi spot utuk kegiatan paralayang?  

Ya, salah satu potensi wisata di Silayung adalah paralayang, yang ketinggiannya sekitar sekitar 1.300 mdpl. Kalau sampai puncak Gunung Sadakeling, mungkin ketinggiannya bisa lebih dari 2.000 mdpl. Kami pernah melakukan ujicoba. Hasilnya, cukup memenuhi syarat terkait hembusan anginnya. Tidak terlalu kencang juga tidak landai tekanan anginnya. Bisa dibilang mirip dengan lokasi paralayang di Bogor, yakni di Gunung Putri Bogor. Waktu ujicoba, landingnya di area persawahan yang keren usai padinya dipanen. Soal tempat pendaratan ini, sedang kami pertimbangkan untuk mencari lokasi yang tepat. Sementara, kami bekerjasama dengan desa sebelah, Desa Sukalilah untuk titik pendarannya, ada lokasi lapangan di sana. Harapannya dengan paralayang ini bisa menghidupkan ekonomi dua desa.

Editor: Admin

Berita SebelumnyaBertani Bukan Sekadar Mengembangkan Potensi Ekonomi Tapi…
Berita SelanjutnyaMenjadi Juara Ini Bonus Bagi Saya